The Glimpse of My Japanese Life (Laporan Alifya Zhafira, pelajar SMAN Modal Bangsa di Jepang)
Sudah 100 hari terlewati, sejak aku pertama kali menginjakkan kaki di negeri sakura ini. Meninggalkan semua kenyamanan yang aku dapatkan seperti masakan rumahan, keseharian dan kesenangan untuk beradaptasi dengan budaya baru di Jepang.
Negara dengan etos kerja dan kedisiplinan yang sangat tinggi, ditambah dengan perbedaan bahasa yang aku hadapi, perbedaan suhu dan iklim juga menjadi salah satu tantangan terberatku, karena Hokkaido merupakan daerah terdingin di Jepang yang suhunya dapat mencapai -10°C pada musim dingin.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan kehidupan disini dan mengikuti pembelajaran sekolah. Sapporo Nichidai High School, sekolah dengan fasilitas yang sangat lengkap bahkan untuk para disabilitas.
Aku memulai hariku dengan bangun saat bel asrama sekolah berdering dan memanggil untuk sarapan. Aku lalu bersiap memulai hari baru di sekolah. Bel sekolah akan berdering pada pukul 8.25 untuk memulai pelajaran, kebanyakan pelajaran yang diajarkan diakses melalui iPad yang dibagikan kepada setiap siswa namun penggunaan kapur tulis sebagai media pembelajaran juga masih tetap diterapkan oleh sekolah.
Menempuh pendidikan SMA di Jepang berubah menjadi kenangan terindah yang akan sulit dilupakan, toleransi disini sangat tinggi. Mereka bahkan menyediakan ruangan menunaikan ibadah dan membuat makanan khusus untukku yang hanya mengkonsumsi makanan halal.
Keterbatasan bahasa membuatku kesulitan dalam memahami pelajaran yang mereka berikan, terlebih ditempatkan didalam kelas terbaik dengan anak anak jenius di dalamnya.
Salah satu kenangan terbaikku tentang kehidupan sekolah di Jepang adalah mengenai festival sekolah dan festival olahraga, dimana festival itu akan dimeriahkan dengan konser dan penampilan murid. Setiap kelas didekorasi dengan indah. Saat penutupan acara festival, sekolahku mengadakan pesta Hanabi (kembang api) besar besaran.
Festival olahraga yang diadakan juga sangat menyenangkan. Aku berteman dengan banyak teman baru setiap harinya, bahkan para senior juga para murid-murid SMP disekolahku. Aku juga menjadi bagian dari klub Shodo (kaligrafi Jepang) dan English Conversation Club.
Setiap harinya aku menyapa semua orang disekolah, belajar bersama teman sekelas dan bersenang-senang di Sapporo bersama teman – teman sesama pertukaran pelajar dari berbagai negara.
Liburan musim panas memberikan aku kesempatan untuk merasakan menjadi bagian dari keluarga Jepang yang sesungguhnya, mereka bahkan menganggapku sebagai anggota keluarga mereka. Sungguh budaya dan adat Jepang sangat kental terasa.
Sebagai salah satu representatif dari Indonesia, aku juga melakukan pertukaran budaya dengan menampilkan tarian khas Aceh yaitu Tari Ratoeh Jaroe. Tari itu disambut dengan meriah.
Ada rasa bangga yang menyeruak saat melihat keantusiasan mereka terhadap gerakan tangan yang cepat. Aku menampilkan tarian tersebut pada banyak acara penting bahkan pernah di saat hujan.
Ada banyak hal yang terjadi untuk mencapai kebahagiaan sebagai seorang siswi pertukaran pelajar yang hidup sendiri di negeri orang. Ada banyak hal yang berubah tetapi yang pasti pengalaman sekali seumur hidup ini tidak akan pernah tergantikan.
Sapporo Nihon University Senior High School, November 4, 2022