
OLEH INTAN QANITA, Siswa Pertukaran Pelajar YES Program, melaporkan dari Washington, Amerika Serikat
HAMPIR dua bulan saya tinggal di Negeri Paman Sam ini. Tepatnya di Zillah, kota kecil di negara bagian Washington. Alhamdulillah, setelah kurang lebih dua tahun saya melalui berbagai tes akhirnya saya terpilih menjadi salah satu finalis dalm Program Youth Exchange and Study (YES) yang diprakarsai Pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan bantuan dari Bina Antarbudaya.
Selama tinggal di sini, sudah berbagai hal saya alami seperti culture shock, mendapat teman baru, belajar dalam bahasa Inggris, dan rindu keluarga. Biasanya saya menelepon orang tua saya di Banda Aceh ketika kangen keluarga.
Banyak hal yang saya pelajari di sini, salah satunya tentang pertanian. Bersama Hostman dan Scop Scout (Pramuka untuk anak kecil) saya pergi ke sebuah kebun jagung. Kebun tersebut besar dan luas. Anak-anak dan scop scout ingin mempelajari bagaimana pekerja di kebun memanen jagung yang digunakan untuk makanan sapi dan kambing.
Saya juga mempelajari bagaimana cara masyarakat AS bercocok tanam. Ketika mereka menanam benih, baik itu jagung, mint, anggur, apel, dan sebagainya, mereka menggunakan mesin sejenis traktor ke seluruh kebun. Uniknya lagi, beberapa traktor mempunyai peta elektronik yang menunjukkan di mana saja mereka harus menanam benih. Jadi, mereka dapat membuat pola dari benih tersebut. Biasanya para petani menggunakan dua jenis traktor. Yang pertama tugasnya menaruh benih, sedangkan traktor kedua untuk menutup tanah yang sudah ada benihnya (menanam).
Untuk menyiram, beberapa dari mereka menggunakan springkie (air yang menyemprot 360 derajat sejauh kurang lebih lima meter). Biasanya mereka menaruh springkie di setiap sepuluh meter persegi. Mereka juga mempunyai sebuah mesin besar untuk mengairi kebun. Bentuknya seperti roda besar, lalu roda tersebut dihubungkan dengan menggunakan sebuah pipa panjang. Di setiap pipa mereka pasang benda yang dapat memancarkan air seperti springkle. Jadi, mesin tersebut akan bergerak dan berjalan ke seluruh kebun secara otomatis dan menyiram tanaman yag ada.
Saat meraka ingin menyemprot pupuk, mereka tak lagi menggunakan tangan. Biasanya masyarakat di desa ini menggunakan traktor maupun pesawat. Mereka punya pesawat kecil yang di belakangnya terdapat tempat penyimpanan pupuk, kemudian mereka tebang ke seluruh kebun dan pupuk tersebut jatuh melalui bagian belakang pesawat dan menyemprot semua tanaman.
Saat panen, ada beberapa cara. Kalau untuk jagung yang dimakan manusia mereka memetiknya menggunakan tangan. Tetapi jika jagung yang digunakan untuk makanan ternak, biasanya mereka punya dua buah mobil. Mobil yang pertama berbentuk seperti traktor yang di bagian depannya terdapat mesin yang digunakan untuk memotong semua pohon jagung dan mencincang semua jagung tersebut menjadi potongan kecil-kecil. Kemudian, mobil pertama mempunyai corong yang menyalurkan hasil cincangan ke mobil kedua. Mobil kedua digunakan untuk menampung semua hasil cincangan dari mobil pertama.
Jadi, mereka berjalan beriringan ke seluruh kebun untuk memanen. Ketika mobil kedua sudah penuh, maka mobil kedua ini akan diganti dengan mobil lain yang tugasnya sama.
Untuk memanen anggur mereka juga punya beberapa cara. Kalau untuk dimakan oleh manusia biasanya mereka panen pakai tangan. Tapi apabila untuk membuat jelly atau jus anggur mereka punya mesin tersendiri. Mesin tersebut berbentuk seperti traktor. Di bagian depannya ada sebuah benda yang berbentuk seperti tangan manusia, fungsinya untuk menggoyang atau mengguncangkan pohon anggur tersebut, sehingga buahnya akan jatuh ke dalam mesin penampung, lalu disalurkan ke dalam mesin penampung untuk dibersihkan dan dijus. Jus tersebut kemudian disalurkan ke dalam mesin satu lagi untuk dibawa ke pabrik dan dilakukan pasteurisasi.
Demikian informasi singkat tentang pertanian Negeri Paman Sam. Mudah-mudahan Pemerintah Aceh dapat meniru model pertanian AS karena lahan pertanian Aceh juga tidak kalah luasnya. Insya Allah, dengan masyarakat Aceh akan makmur dengan hasil kebun dan pertanian yang melimpah.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih untuk semua. Berkat doa dan dukungan orang tua saya, Imran Lahore dan Bintang Zaura, serta guru-guru di SDN 16, SMPN 6 Banda Aceh, dan SMAN Modal Bangsa Aceh sehingga saya dapat belajar di Negeri Paman Sam ini.
http://aceh.tribunnews.com/